Hari itu saya lupa persisnya, yang jelas saat saya sedang asik membaca buku sambil menemani anak saya bermain tiba-tiba ada pemandangan aneh saat saya menoleh ke belakang seperti ada bayangan orang. saya mencoba menoleh kembali " Astagfirullah..." benar saja, bukan bayangan orang tapi benar-benar orang. Siapa? iya, anak laki-laki usia 5 tahunan, anak tetangga sebelah. Kali ini saya bukan ingin bercerita tentang dia tetapi ada pelajaran menarik yang bisa diambil disini. Kenapa? karena saya tidak mengalaminya sekali, sudah beberapa kali saya mengalami kejadian yang sama dengan anak yang sama.
Mari kita mulai. Inilah pekerjaan orang tua yang sepintas sangat sederhana, tahukah anda? Pelajaran ini akan menjadi masalah besar dan cukup merepotkan jika anak tidak dibiasakan sedini mungkin. Tentang apa? " Adap Meminta izin". Dalam hal ini, izin memiliki arti yang sangat luas. Saya yakin, anda pun sepakat. Mari kita uraikan contohnya satu persatu agar lebih mudah membuat pola pembiasaan untuk anak-anak kita tercinta, generasi yang akan melanjutkan kepemimpinan masa depan.
Pertama, Membiasakannya Mengucapkan Salam dan Mengetuk Pintu saat akan Masuk Rumah atau Bertamu. Bukankah ini perkara mudah? Betul, bagi orang dewasa. Tetapi cobalah ingat-ingat, ada banyak orang dewasa justru tidak menggunakan adab ini. Sehingga, banyak orang menggerutu (meskipun tidak diucapkan secara lisan) saat menemui tamu yang tiba-tiba masuk. Inilah yang ingin kita bangun dalam pribadi anak-anak kita, agar mereka secara sadar bisa santun saat datang dan pulang berpamitan pada tuan rumah. Sejak kecil, ketika ia diajak bertamu kita lah yang membimbingnya mengucapkan salam. Alhamdulillah, saya melakukan ini pada anak saya. Di usianya 1,5 tahun insyaAllah sudah bisa mengetuk pintu dan mengucapkan salam meskipun belum fasih " Pum..pum.." begitu katanya. Sesekali, ia masih nyelonong tapi dengan pembiasaan saya yakin ia bisa.
Kedua, Bersalaman pada Siapa pun yang Ia Temui Terlebih Lagi yang Baru Ditemui. Setiap kali mengunjungi keluarga, saya dan suami selalu memegang tangan anak kami sembari berkeliling menyalami semua yang ada. Meskipun lama dan hasilnya tidak serta merta, kami meyakini dampak positif dari latihan ini. Alhamdulillah, saat ini Nafisah mulai mau diarahkan " Salam..salam Nenek.." Ia pun langsung mengulurkan tangan dan menciumnya.
Ketiga, Mengajarkannya untuk Tidak Mengambil Makanan yang Bukan Miliknya. Saya acapkali menegur saat Nafisah mulai bergelagat untuk mengambil makanan temannya tanpa izin. Terkadang, saya turun tangan mengambil makanan yang sudah di tangannya untuk dikembalikan pada si pemilik. Pun sebaliknya ikut mengarahkan untuk memotong makanannya agar diberikan pada temannya. Perlahan, ia mengerti bahkan menarik tangan saya menuju sebuah hidangan makanan sebagai sinyal untuk mengkonfirmasi apakah makanan itu boleh ia makan atau tidak. Selain itu, ia juga mulai respon untuk memberikan makanannya pada orang lain baik diminta maupun tidak.
Terakhir, Mengajarkannya untuk Meminjam dan Mengembalikan Mainan Temannya. Ada masa dimana saya tidak akan membelikan mainan seperti apa yang dimiliki temannya. Supaya ia belajar bersosialisasi, adab meminjam, menjaga barang pinjaman, dan mengembalikannya. Sehingga, kelak kalau ia sudah besar ia paham tentang kepemilikan, hak dan kewajiban.
Ada banyak aktivitas lain yang harus dipahami oleh kami sebagai orang tua juga anda berikut berbagai cara yang kita gunakan untuk memahamkan anak tentang nilai dalam kehidupannya. Mari berbagi dan saling memberi manfaat.